Terima kasih semoga manfaat dan inspirasi baru buat kita melihat sosok gadis tampa tangan yang inspiratif sekali berikut Biografi Biodata dan Profil Putri Herlina Gadis Tanpa Tangan.
Blog tempatnya mengenal Tokoh dan Orang terkenal Di dunia. untuk menambah Ilmu pengetahuan kita juga memotivasi diri untuk mengambil sisi Positive dari seorang Pitri herlina, kita mungkin sudah banyak tahu tentang siapa dia yang belakangan ini muncul di banyak acara TV dan saat artikel ini di postkan putri herlina baru saja menikah. nahhh silahkan bagi yang belum mengenal siapa dia bisa untuk melihat sosok nya lebih dekat di bawah ini semoga memberikan manfaat dan senan tiasa bersyukur dengan kelebihan dan kekurangan kita. artikel ini kita ambil dari sumber media di Internet. silahkan sebenernya untuk melihat kisah kisah inspiratif mengenai putri herlina kita bisa browsing dan banyak sekali yang menuliskan tentang kisa kisah dirinya. sekali lagi semoga bermanfaat.

Semangat hidup Putri Herlina sungguh luar biasa. Dia ditinggal orang 
tuanya setelah lahir di rumah sakit. Setelah lulus SMA, gadis tanpa 
lengan itu kini merawat anak-anak yang senasib dengannya.
PUTRI Herlina baru saja selesai mandi saat Jawa Pos menemuinya Kamis 
(1/3) sore lalu. Rambutnya basah. Wajahnya segar dan cerah. Sejurus 
kemudian, dia mengambil mukena dengan kakinya dan beranjak menuju ruang 
yang difungsikan sebagai musala kecil.
Dengan cekatan dia mengenakan mukena itu menggunakan kaki kanan 
dibantu tiga ruas jari tangan kiri yang tumbuh sedikit di ujung pundak. 
Seusai salat dan berdoa, Putri melipat sajadah dengan kakinya.
Putri lantas mengajak Jawa Pos menemui "adik-adiknya". Salah satunya 
adalah Aisyah Fatimah, bayi berusia 23 bulan. "Selly sayang, udah mandi 
ya. Aduh, bedaknya kok tebal banget," katanya.
Selly diam saja. Dia menderita cerebral palsy atau lumpuh otak. 
Tangan dan kakinya kaku. Selly tak bisa menelan dan berkomunikasi 
kecuali dengan mata. Sehari-hari asupan makanan untuk balita cantik itu 
disuntikkan melalui slang di hidung.
Seperti halnya Putri, Selly juga "dibuang" orang tuanya sejak lahir. 
"Aku ditinggal di rumah sakit, mungkin karena tidak punya tangan dan 
mereka malu," kata Putri. Karena tak ada yang bertanggung jawab, Putri 
lantas dirawat Susiani Sunaryo. Saat itu Susiani masih berusia 25 tahun 
dan menjadi relawan di Yayasan Sayap Ibu. Kini Susiani menjadi ibu panti
 di Kadirojo, Kalasan, Sleman.
Yayasan Sayap Ibu didirikan oleh Soelastri, istri Bung Tomo, pahlawan
 perang Surabaya 10 November, pada 1955. Saat ini ada 25 anak "tak 
dikehendaki" ayah-ibunya yang ditampung di Kadirojo. Rata-rata mereka 
mengalami cacat ganda. Yakni, cacat fisik dan mental karena aborsi yang 
gagal. Sehari-hari mereka hidup mengandalkan donatur tidak tetap. Memang
 ada dana dari pemerintah, namun jumlahnya hanya Rp 2.500 per anak per 
hari.
"Kata Ibu (Susiani, Red), aku dirawat sejak bayi merah. Beliau adalah
 orang yang paling aku sayangi," katanya. Di tengah wawancara, Susiani 
datang mendekat, merangkul Putri dan mencium pipinya. Putri tersenyum.
Menurut Susiani, Putri lahir 3 Oktober 1988. Namun, dia menolak 
menjelaskan lebih detail asal usul Putri, termasuk di rumah sakit mana 
dia ditelantarkan. "Maaf, itu kode etik kami," ujarnya.
Putri kecil rupanya sangat aktif dan selalu ingin tahu hal baru. 
Karena itu, bersama suaminya, Sunaryo, Susiani mencarikan taman 
kanak-kanak di sekitar panti mereka. "Kami keliling sampai sebelas TK, 
semuanya menolak," kata wanita yang akrab disapa Bu Naryo itu.
Akhirnya ada TK milik Aisyiyah (Muhammadiyah) yang mau menerima 
Putri. Yakni, TK ABA Sukoharjo Purwomartani, Sleman. "Aku nggak suka 
diistimewakan. Semua yang bisa dilakukan teman-teman yang lain aku juga 
ikut. Pramuka, olahraga, pokoknya seperti biasa saja," kata Putri.
Lulus SD Muhammadiyah Sambisari, Sleman, dia melanjutkan ke SMP RC di
 Solo, Jawa Tengah. Lalu ke SMA Muhammadiyah 6 Surakarta. "Di sekolah 
aku selalu ingin duduk di depan. Di samping meja aku taruh kursi lagi 
untuk menulis," katanya. Sebab, jika menulis di atas meja, itu terlalu 
tinggi untuk dijangkau kakinya.
Ketika ada temannya yang menyerobot meja, biasanya Putri kesal dan 
protes kepada gurunya. Putri lalu sering berangkat lebih pagi agar bisa 
duduk di meja favoritnya. "Pokoknya, sebelum belajar aku bersihkan 
dulu," kata penggemar novel romantis ini.
Karena tinggal di Solo, sementara orang tua asuhnya di Jogja, Putri 
harus hidup mandiri. Dia kos di dekat sekolah. "Aku dan teman-teman 
masak sendiri, cuci baju sendiri," katanya. Sesekali Bu Naryo datang 
berkunjung untuk membawakan kebutuhan dasar Putri, seperti beras dan 
bahan lauk-pauk.
Sering Putri menangis di tengah malam. "Ya, namanya stres, down, atau
 galau. Itu aku pernah alami. Biasanya kalau sudah curhat sama Ibu, 
hilang semua," katanya. Putri ingat benar pesan Bu Naryo agar selalu 
menjaga salat lima waktu dan berdoa.
Belajar tekun, Putri pun lulus dengan nilai bagus pada 2009. Setelah 
itu dia ikut kursus bahasa Inggris intensif. Lalu ikut pelatihan di 
Yakkum Bethesda yang memang sering mengadakan training untuk kalangan 
difabel.
Putri lantas bekerja sebagai resepsionis atau penerima tamu di kantor
 pusat Yayasan Sayap Ibu Jogjakarta yang lokasinya di Pringwulung, 
Condongcatur, Sleman.
Di sana dia juga ikut menangani kegiatan administrasi seperti 
mengetik data donatur atau menulis undangan acara penggalangan dana. 
"Aku juga pernah menjadi MC di mal lho. Cita-citaku sih sebenarnya ingin
 jadi presenter di televisi," katanya.
Dua tahun sebagai staf di kantor pusat, Putri memilih kembali ke 
rumah masa kecilnya. "Terus terang, aku lebih betah di sini. Aku ingin 
berbakti pada Ibu dan ikut merawat adik-adikku," katanya.
Agenda harian Putri lengkap, mulai memandikan, mengganti popok, 
memberi susu, dan menyuapi balita yang sudah bisa diberi makanan padat.
Sebagaimana remaja pada usianya, Putri juga gaul. Dia masih sering 
kontak dengan teman-teman sekolahnya. "Ya, minimal SMS-an lah," kata 
penyuka warna pink ini.
Bagaimana hubungan asmara" "Ada sih yang pernah dekat. Malah dia suka
 minta aku cuciin bajunya saat masih di Solo," ujar Putri, lalu 
terbahak.
Suatu ketika, ada seorang donatur baik hati yang ingin membuatkannya 
tangan palsu. Bahkan, donatur itu menawari Putri pergi ke luar negeri 
untuk mencari bahan yang paling nyaman. Para pegawai yayasan pun 
antusias meminta Putri untuk segera memilih yang pas.
"Ayo Put, mumpung ada yang mau buatin tangan. Suatu saat kamu kan 
menikah, punya suami," ujar Putri menirukan komentar salah seorang 
pengurus yayasan.
Tapi, justru dengan alasan itu dia menolak halus tawaran tangan 
palsu. "Aku ingin suami yang mencintaiku apa adanya," katanya. "Lelaki 
sering memandang wanita dari kelebihannya saja, aku ingin suamiku tahu 
kekuranganku. Toh, kita bakal hidup bersama sampai mati kan," ujar 
Putri.
Saat ini Putri memendam keinginan untuk kuliah. Selain tak ingin 
merepotkan Bu Naryo yang sudah dia anggap sebagai ibu sendiri, Putri 
belum tega meninggalkan panti. "Sebenarnya aku ingin belajar 
broadcasting, supaya bisa jadi presenter," ujarnya.
Dia juga mengaku ingin sekali menjajal naik pesawat terbang. Maklum, 
seumur hidup dia belum pernah naik burung besi. "Seperti apa ya rasanya.
 Paling jauh aku pergi ke Surabaya pakai kereta api," katanya.
Putri juga sedang menulis kisah hidupnya dengan sebuah laptop 
pemberian seorang donatur. "Masih dicicil, semoga saja bisa segera 
selesai dan jadi buku," tuturnya.
Susiani sangat mendukung cita-cita anak gadisnya itu. "Pokoknya, apa 
pun yang terbaik untuk Putri, saya dan Bapak pasti setuju," katanya.
Termasuk jika nanti Putri menemukan tambatan hati dan tinggal bersama
 suaminya. "Semoga Gusti Allah selalu melindungimu ya Nduk," katanya 
sembari mengelus rambut Putri.


