Biografi Biodata dan Profil biografi pahlawan sunda .
Blog tempatnya mengenal Tokoh dan Orang terkenal Di dunia. untuk menambah Ilmu pengetahuan kita juga memotivasi diri untuk mengambil sisi Positive dari seorang Tokoh dunia
biografi pahlawan sunda Muhammad Toha

BIODATA
Muhammad Toha (1927 – 24 Maret 1946)
Tempat kelahiran : Bandung, Hindia Belanda (sekarang Indonesia)
Tempat kematian : Bandung, Indonesia
Pengabdian bagi : Republik Indonesia
Dinas/cabang : Barisan Rakjat Indonesia
Lama berdinas : 1945 – 1946
Pangkat : Komandan
Kesatuan : Milisi Penggempur
Komando : milisi gerilya
Pertempuran/perang : Bandung Lautan Api (Perang Kemerdekaan Indonesia)
Tempat kelahiran : Bandung, Hindia Belanda (sekarang Indonesia)
Tempat kematian : Bandung, Indonesia
Pengabdian bagi : Republik Indonesia
Dinas/cabang : Barisan Rakjat Indonesia
Lama berdinas : 1945 – 1946
Pangkat : Komandan
Kesatuan : Milisi Penggempur
Komando : milisi gerilya
Pertempuran/perang : Bandung Lautan Api (Perang Kemerdekaan Indonesia)
Muhammad Toha
 atau Mohammad Toha (Bandung, 1927 – Bandung, 24 Maret 1946) adalah 
seorang komandan Barisan Rakjat Indonesia, sebuah kelompok milisi 
pejuang yang aktif dalam masa Perang Kemerdekaan Indonesia. Dia dikenal 
sebagai tokoh pahlawan dalam peristiwa Bandung Lautan Api di Kota 
Bandung, Indonesia tanggal 24 Maret 1946. Toha meninggal dalam kebakaran
 dalam misi penghancuran gudang amunisi milik Tentara Sekutu bersama 
rekannya, Ramdan, setelah meledakkan dinamit dalam gudang amunisi 
tersebut.
Biografi
Toha dilahirkan di Jalan Banceuy, Desa 
Suniaraja, Kota Bandung pada tahun 1927. Ayahnya bernama Suganda dan 
ibunya yang berasal dari Kedunghalang, Bogor Utara, Bogor, bernama 
Nariah. Toha menjadi anak yatim ketika pada tahun 1929 ayahnya meninggal
 dunia. Ibu Nariah kemudian menikah kembali dengan Sugandi, adik ayah 
Toha. Namun tidak lama kemudian, keduanya bercerai dan Muhammad Toha 
diambil oleh kakek dan neneknya dari pihak ayah yaitu Bapak Jahiri dan 
Ibu Oneng. Toha mulai masuk Volk School (Sekolah Rakyat) pada usia 7 
tahun hingga kelas 4. Sekolahnya terhenti ketika Perang Dunia II pecah.
Saat masa pendudukan Jepang, Toha mulai 
mengenal dunia militer dengan memasuki Seinendan. Sehari-hari Toha juga 
membantu kakeknya di Biro Sunda, kemudian bekerja di bengkel motor di 
Cikudapateuh. Selanjutnya, Toha belajar menjadi montir mobil dan bekerja
 di bengkel kendaraan militer Jepang sehingga ia juga mampu bercakap 
dalam bahasa Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, Toha 
terpanggil untuk bergabung dengan badan perjuangan Barisan Rakjat 
Indonesia (BRI), yang dipimpin oleh Ben Alamsyah, paman Toha sendiri. 
BRI selanjutnya digabungkan dengan Barisan Pelopor yang dipimpin oleh 
Anwar Sutan Pamuncak menjadi Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI). 
Dalam laskar ini ia duduk sebagai Komandan Seksi I Bagian Penggempur. 
Menurut keterangan Ben Alamsyah, paman Toha, dan Rachmat Sulaeman, 
tetangga Toha dan juga Komandannya di BBRI, pemuda Toha adalah seorang 
pemuda yang cerdas, patuh kepada orang tua, memiliki disiplin yang kuat 
serta disukai oleh teman-temannya. Pada tahun 1945 itu, Toha digambarkan
 sebagai pemuda pemberani dengan tinggi 1,65 m, bermuka lonjong dengan 
pancaran mata yang tajam.
Peran dalam Bandung Lautan Api
Setelah penandatanganan perjanjian 
kapitulasi Jepang, seluruh persenjataan Tentara Kekaisaran Jepang 
diserahkan tanpa syarat kepada Tentara Sekutu yang akan mengembalikan 
kekuasaan Belanda di Hindia-Belanda. Namun persenjataan Tentara 
Kekaisaran Jepang banyak direbut oleh pejuang kemerdekaan Republik 
Indonesia. Pada tanggal 21 November 1945, Tentara Sekutu mengeluarkan 
ultimatum pertama agar kota Bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak 
Republik Indonesia selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945. Para 
milisi dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia harus menyerahkan 
senjata yang mereka rampas dari Tentara Kekaisaran Jepang. Karena 
apabila ultimatum penyerahan tersebut tidak diindahkan, tentara Sekutu 
akan mengambil tindakan militer untuk menegakkan tujuan tersebut.
Peringatan ini tidak dihiraukan oleh 
pihak tentara Republik. Sejak saat itu sering terjadi bentrokan senjata 
dengan tentara Sekutu. Kota Bandung terbagi menjadi dua, Bandung Utara 
dan Bandung Selatan. Oleh karena persenjataan yang tidak memadai, 
pasukan TKR dan para pejuang lainnya tidak dapat mempertahankan Bandung 
Utara. Akhirnya Bandung Utara dikuasai oleh tentara Sekutu.
Pada tanggal 23 Maret 1946 tentara Sekutu
 kembali mengeluarkan ultimatum ke-2. Mereka menuntut agar semua 
masyarakat dan pejuang TKR mengosongkan kota Bandung bagian selatan. 
Perlu diketahui bahwa sejak 24 Januari 1946, TKR telah mengubah namanya 
menjadi TRI.
Demi mempertimbangkan politik dan 
keselamatan rakyat, pemerintah memerintahkan TRI dan para pejuang 
lainnya untuk mundur dan mengevakuasi Bandung Selatan. setelah 
mengadakan musyawarah, para pejuang sepakat untuk menuruti perintah 
pemerintah. Tapi mereka tidak mau menyerahkan kota Bandung bagian 
selatan itu secara utuh.
Rakyat pun diungsikan ke luar kota 
Bandung. Para anggota TRI dengan berat hati meninggalkan Bandung bagian 
selatan. Sebelum ditinggalkan Bandung Selatan dibumihanguskan oleh para 
pejuang dan anggota TRI. Peristiwa ini di kenal dengan sebutan “Bandung 
Lautan Api”. Dalam rangkaian peristiwa tersebut Toha gugur dalam misinya
 menghancurkan gudang amunisi Tentara Sekutu. Dalam peristiwa ini juga 
terlahir lagu Halo, Halo Bandung yang dinyanyikan para tentara Republik 
dalam penantian mereka untuk kembali ke rumah mereka di Bandung.
***Dikutif dari: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

