SELAMAT DATANG DI GUDANG PUSAT GROSIR JILBAB ONLINE INDONESIA

KAMI PUSAT GROSIR JILBAB INDONESIA || Buat kamu ngak usah repot repot cari reseller atau tempat kulakan jilbab karena kita gudangnya.

Kadsha.com

MENGUTAMAKAN PERSAHABATAN, KEMITRAAN YANG BAIK DAN JUJUR
Showing posts with label Biodata Biografi Sastrawan. Show all posts
Showing posts with label Biodata Biografi Sastrawan. Show all posts

Biografi Sastrawan Putu Wijaya

Terima kasih semoga Biografi Sastrawan Biodata dan Profil Putu Wijaya - Sastrawan Serba Bisa . Blog tempatnya mengenal Tokoh dan Orang terkenal Di dunia. untuk menambah Ilmu pengetahuan kita juga memotivasi diri untuk mengambil sisi Positive dari seorang Sastrawan Indonesia Putu Wijaya


Ia sudah menulis kurang lebih 30 novel, 40 naskah drama, sekitar seribu cerpen, ratusan esei, artikel lepas, dan kritik drama. Ia juga menulis skenario film dan sinetron. Sebagai dramawan, ia memimpin Teater Mandiri sejak 1971, dan telah mementaskan puluhan lakon di dalam maupun di luar negeri. Puluhan penghargaan ia raih atas karya sastra dan skenario sinetron. Harian Kompas dan Sinar Harapan kerap memuat cerita pendeknya. Novelnya sering muncul di majalah Kartini, Femina, dan Horison. Memenangkan lomba penulisan fiksi baginya sudah biasa. Sebagai penulis skenario, ia dua kali meraih piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI), untuk Perawan Desa (1980), dan Kembang Kertas (1985). Sebagai penulis fiksi sudah banyak buku yang dihasilkannya. Di antaranya, yang banyak diperbincangkan: Bila Malam Bertambah Malam, Telegram, Pabrik, Keok, Tiba-Tiba Malam, Sobat, Nyali.
Namanya I Gusti Ngurah Putu Wijaya yang biasa disebut Putu Wijaya. Tidak sulit untuk mengenalinya karena topi pet putih selalu bertengger di kepalanya. Kisahnya, pada ngaben ayahnya di Bali, kepalanya digundul. Kembali ke Jakarta, selang beberapa lama, rambutnya tumbuh tapi tidak sempurna, malah mendekati botak. Karena itu, ia selalu memakai topi. "Dengan ini saya terlihat lebih gagah," tutur Putu sambil bercanda.


Putu yang dilahirkan di Puri Anom, Tabanan, Bali pada tanggal 11 April 1944, bukan dari keluarga seniman. Ia bungsu dari lima bersaudara seayah maupun dari tiga bersaudara seibu. Ia tinggal di kompleks perumahan besar, yang dihuni sekitar 200 orang, yang semua anggota keluarganya dekat dan jauh, dan punya kebiasaan membaca. Ayahnya, I Gusti Ngurah Raka, seorang pensiunan punggawa yang keras dalam mendidik anak. Semula, ayahnya mengharapkan Putu jadi dokter. Namun, Putu lemah dalam ilmu pasti. Ia akrab dengan sejarah, bahasa, dan ilmu bumi.
Semasa di SD, ''Saya doyan sekali membaca,'' tuturnya, ''Mulai dari karangan Karl May, buku sastra Komedi Manusia-nya William Saroyan, sampai cerita picisan yang merangsang berahi. Sejak kecil, saya juga senang sekali seni pertunjukan. Mungkin sudah merupakan bakat, senang pada seni laku," ujarnya mengenang.
Meskipun demikian, ia tak pernah diikutkan main drama semasih kanak-kanak, juga ketika SMP. Baru setelah menang lomba deklamasi, ia diikutkan main drama perpisahan SMA, yang diarahkan oleh Kirdjomuljo, penyair dan sutradara ternama di Yogyakarta. Ia pertama kali berperan dalam Badak, karya Anton Chekov. "Sejak itu saya senang sekali pada drama," kenang Putu Setelah selesai sekolah menengah atas, ia melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta, kota seni dan budaya. Di Yogyakarta, selain kuliah di Fakultas Hukum, UGM, ia juga mempelajari seni lukis di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), drama di Akademi Seni Drama dan Film (Asdrafi), dan meningkatkan kegiatannya bersastra. Dari Fakultas Hukum, UGM, ia meraih gelar sarjana hukum (1969), dari Asdrafi ia gagal dalam penulisan skripsi, dan dari kegiatan berkesenian ia mendapatkan identitasnya sebagai seniman.

Selama bermukim di Yogyakarta, kegiatan sastranya lebih terfokus pada teater. Ia pernah tampil bersama Bengkel Teater pimpinan W.S. Rendra dalam beberapa pementasan, antara lain dalam pementasan Bip-Bop (1968) dan Menunggu Godot (1969). Ia juga pernah tampil bersama kelompok Sanggar Bambu. Selain itu, ia juga (telah berani) tampil dalam karyanya sendiri yang berjudul Lautan Bernyanyi (1969). Ia adalah penulis naskah sekaligus sutradara pementasan itu. Naskah dramanya itu menjadi pemenang ketiga Sayembara Penulisan Lakon yang diselenggarakan oleh Badan Pembina Teater Nasional Indonesia. Setelah kira-kira tujuh tahun tinggal di Yogyakarta, Putu pindah ke Jakarta. Di Jakarta ia bergabung dengan Teater Kecil asuhan sutradara ternama Arifin C. Noer dan Teater Populer. Di samping itu, ia juga bekerja sebagai redaktur majalah Ekspres (1969). Setelah majalah itu mati, ia menjadi redaktur majalah Tempo (1971-1979). Bersama rekan-rekannya di majalah Tempo, Putu mendirikan Teater Mandiri (1974). "Saya perlu bekerja jadi wartawan untuk menghidupi keluarga saya. Juga karena saya tidak mau kepengarangan saya terganggu oleh kebutuhan mencari makan," tutur Putu.
Pada saat masih bekerja di majalah Tempo, ia mendapat beasiswa belajar drama (Kabuki) di Jepang (1973) selama satu tahun. Namun, karena tidak kerasan dengan lingkungannya, ia belajar hanya sepuluh bulan. Setelah itu, ia kembali aktif di majalah Tempo. Pada tahun 1974, ia mengikuti International Writing Program di Iowa, Amerika Serikat. Sebelum pulang ke Indonesia, mampir di Prancis, ikut main di Festival Nancy.
Putu mengaku belajar banyak dari Tempo dan Goenawan Mohamad. "Yang melekat di kepala saya adalah bagaimana menulis sesuatu yang sulit menjadi mudah. Menulis dengan gaya orang bodoh, sehingga yang mengerti bukan hanya menteri, tapi juga tukang becak. Itulah gaya Tempo," ungkap Putu. Ia juga membiasakan diri dengan tenggat - suatu siksaan bagi kebanyakan pengarang. Dari Tempo, Putu pindah ke majalah Zaman (1979-1985), dan ia tetap produktif menulis cerita pendek, novel, lakon, dan mementaskannya lewat Teater Mandiri, yang dipimpinnya. Di samping itu, ia mengajar pula di Akademi Teater, Institut Kesenian Jakarta (IKJ).Ia mempunyai pengalaman bermain drama di luar negeri, antara lain dalam Festival Teater Sedunia di Nancy, Prancis (1974) dan dalam Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985). Ia juga membawa Teater Mandiri berkeliling Amerika dalam pementasan drama Yel dan berpentas di Jepang (2001).
Karena kegiatan sastranya lebih menonjol pada bidang teater, Putu Wijaya pun lebih dikenal sebagai dramawan. Sebenarnya, selain berteater ia juga menulis cerpen dan novel dalam jumlah yang cukup banyak, di samping menulis esai tentang sastra. Sejumlah karyanya, baik drama, cerpen, maupun novel telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, antara lain bahasa Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, Jepang, Arab, dan Thailand.
Gaya Putu menulis novel tidak berbeda jauh dengan gayanya menulis drama. Seperti dalam karya dramanya, dalam novelnya pun ia cenderung mempergunakan gaya objektif dalam pusat pengisahan dan gaya stream of consciousness dalam pengungkapannya - penuh potongan-potongan kejadian yang padat, intens dalam pelukisan, ekspresif bahasanya. Ia lebih mementingkan perenungan ketimbang riwayat.

Adapun konsep teaternya adalah teror mental. Baginya, teror adalah pembelotan, pengkhianatan, kriminalitas, tindakan subversif terhadap logika - tapi nyata. Teror tidak harus keras, kuat, dahsyat, menyeramkan; bahkan bisa berbisik, mungkin juga sama sekali tidak berwarna.Ia menegaskan, ''teater bukan sekadar bagian dari kesusastraan, melainkan suatu tontonan.'' Naskah sandiwaranya tidak dilengkapi petunjuk bagaimana harus dipentaskan. Agaknya, memberi kebebasan bagi sutradara lain menafsirkan. Bila menyinggung problem sosial, karyanya tanpa protes, tidak mengejek, juga tanpa memihak. Tiap adegan berjalan tangkas, kadang meletup, diseling humor.Mungkin ini cerminan pribadinya. Individualitasnya kuat, dan berdisiplin tinggi.
Saat ditanya pemikiran pengarang yang sehari bisa mengarang cerita 30 halaman, menulis empat artikel dalam satu hari ini tentang tulis menulis, Putu menjawab, ''Menulis adalah menggorok leher tanpa menyakiti,'' katanya, ''bahkan kalau bisa tanpa diketahui.'' Kesenian diibaratkannya seperti baskom, penampung darah siapa saja atau apa pun yang digorok: situasi, problematik, lingkungan, misteri, dan berbagai makna yang berserak. ''Kesenian,'' katanya, ''merupakan salah satu alat untuk mencurahkan makna, agar bisa ditumpahkan kepada manusia lain secara tuntas.''
"Saya sangat percaya pada insting," kata Putu tentang caranya menulis. "Ketika menulis, saya tidak mempunyai bahan apa-apa. Semua datang begitu saja ketika di depan komputer," katanya lagi. Ia percaya bahwa ada satu galaksi dalam otak yang tidak kita mengerti cara kerjanya. Tapi, menurut Putu, itu bukan peristiwa mistik, apalagi tindak kesurupan. Selain menekuni dunia teater dan menulis, Putu juga menjadi sutradara film dan sinetron serta menulis skenario sinetron. Film yang disutradarainya ialah film Cas Cis Cus, Zig Zag, dan Plong. Sinetron yang disutradarainya ialah Dukun Palsu, PAS, None, Warteg, dan Jari-Jari. Skenario yang ditulisnya ialah Perawan Desa, Kembang Kertas, serta Ramadhan dan Ramona. Ketiga skenario itu memenangkan Piala Citra.
Pada 1977, ia menikah dengan Renny Retno Yooscarini alias Renny Djajusman yang dikaruniai seorang anak, Yuka Mandiri. ''Sebelum menikah saya menulis Sah, ee, saya mengalami persis seperti yang saya tulis,'' ujarnya. ''Pernikahan saya bubar pada 1984.'' Tetapi ia tidak lama menduda. Pertengahan 1985, ia menikahi gadis Sunda, Dewi Pramunawati, karyawati majalah Medika. Bersama Dewi, Putu Wijaya selanjutnya hidup di Amerika Serikat selama setahun.
Atas undangan Fulbright, 1985-1988, ia menjadi dosen tamu teater dan sastra Indonesia modern di Universitas Wisconsin dan Universitas Illinois, AS. Atas undangan Japan Foundation, Putu menulis novel di Kyoto, Jepang, 1992. Setelah lama berikhtiar - walau dokter di Amerika mendiagnosis Putu tak bakal punya anak lagi - pada 1996, pasangan ini dikaruniai seorang anak, Taksu.Rumah tangga baginya sebuah "perusahaan". Apa pun diputuskan berdasarkan pertimbangan istri dan anak, termasuk soal pekerjaan. Soal pendidikan anak, "Saya tidak punya cara," ujar Putu. Anak dianggap sebagai teman, kadang diajak berunding, kadang dimarahi. Dan, kata Putu, "Saya tidak mengharapkan ia menjadi apa, saya hanya memberikan kesempatan saja."

Kini, penggemar musik dangdut, rock, klasik karya Bach atau Vivaldi dan jazz ini total hanya menulis, menyutradarai film dan sinetron, serta berteater. Dalam bekerja ia selalu diiringi musik. Olahraganya senam tenaga prana Satria Nusantara. "Sekarang saya sudah sampai pada tahap bahwa kesenian merupakan upaya dan tempat berekspresi sekaligus pekerjaan," ujar Putu
Sumber: TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
READ MORE - Biografi Sastrawan Putu Wijaya

Biografi Chairil Anwar Biodata

Chairil AnwarBiografi Biodata dan Profil Chairil Anwar 

Chairil Anwar adalah seorang penyair legendaris yang dikenal juga sebagai "Si Binatang Jalang" (dalam karyanya berjudul "Aku"). Salah satu bukti keabadian karyanya, pada Jumat 8 Juni 2007, Chairil Anwar, yang meninggal di Jakarta, 28 April 1949, masih dianugerahi penghargaan Dewan Kesenian Bekasi (DKB) Award 2007 untuk kategori seniman sastra. Penghargaan itu diterima putrinya, Evawani Alissa Chairil Anwar.

Biografi Chairil Anwar dari Biografi Web

Chairil Anwar dilahirkan di Medan, 26 Julai 1922. Chairil Anwar merupakan anak tunggal. Ayahnya bernama Toeloes, mantan bupati Kabupaten Indragiri Riau, berasal dari Taeh Baruah, Limapuluh Kota, Sumatra Barat. Sedangkan ibunya Saleha, berasal dari Situjuh, Limapuluh Kota. Dia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Dia dibesarkan dalam keluarga yang cukup berantakan. Kedua ibu bapanya bercerai, dan ayahnya menikah lagi. Selepas perceraian itu, saat habis SMA, Chairil mengikut ibunya ke Jakarta.

Chairil masuk sekolah Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi waktu masa penjajahan Belanda. Dia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah pertama Hindia Belanda, tetapi dia keluar sebelum lulus. Dia mulai untuk menulis sebagai seorang remaja tetapi tak satupun puisi awalnya yang ditemukan.

Pada usia sembilan belas tahun, setelah perceraian orang-tuanya, Chairil pindah dengan ibunya ke Jakarta di mana dia berkenalan dengan dunia sastra. Meskipun pendidikannya tak selesai, Chairil menguasai bahasa Inggris, bahasa Belanda dan bahasa Jerman, dan dia mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti: Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du Perron. Penulis-penulis ini sangat mempengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung mempengaruhi puisi tatanan kesusasteraan Indonesia.

Semasa kecil di Medan, Chairil sangat dekat dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil. Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:

Chairil Anwar
Patung Chairil Anwar di Jakarta
"Bukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta"

Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa menyebut nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.

Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.

Masa dewasa

Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastera setelah pemuatan tulisannya di "Majalah Nisan" pada tahun 1942, pada saat itu dia baru berusia dua puluh tahun. Hampir semua puisi-puisi yang dia tulis merujuk pada kematian. Chairil ketika menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta jatuh cinta pada Sri Ayati tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dan tidak diterbitkan hingga tahun 1945.

Semua tulisannya yang asli, modifikasi, atau yang diduga diciplak dikompilasi dalam tiga buku : Deru Campur Debu (1949); Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949); dan Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).

Chairil memang penyair besar yang menginspirasi dan mengapresiasi upaya manusia meraih kemerdekaan, termasuk perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Hal ini, antara lain tercermin dari sajaknya bertajuk: "Krawang-Bekasi", yang disadurnya dari sajak "The Young Dead Soldiers", karya Archibald MacLeish (1948).

Dia juga menulis sajak "Persetujuan dengan Bung Karno", yang merefleksikan dukungannya pada Bung Karno untuk terus mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945.

Bahkan sajaknya yang berjudul "Aku" dan "Diponegoro" juga banyak diapresiasi orang sebagai sajak perjuangan. Kata Aku binatang jalang dalam sajak Aku, diapresiasi sebagai dorongan kata hati rakyat Indonesia untuk bebas merdeka.

READ MORE - Biografi Chairil Anwar Biodata

Biografi Khalil Gibran Biodata

biografi khalil gibran Blog tempatnya mengenal Tokoh dan Orang terkenal Di dunia. untuk menambah Ilmu pengetahuan kita juga memotivasi diri untuk mengambil sisi Positive dari seorang Biodata khalil gibran siapakah dia yang jalas semua orang mengenalnya dengan Puisi puisi nya, Dia adalah seorang sastrawan dunia yang Romantis

Kahlil Gibran atau Jubran Khalil Jubran adalah salah seorang sastrawan perantauan (Mahjar) beraliran romantik. Lahir 6 Januari 1883 di sebuah desa bernama Besharri, Lebanon Utara dan meninggal pada 1931 di usia 48 tahun. NAHHH berikut adalah sepenggal kisah kehidupan Profil khalil gibran


Kahlil Gibran adalah penyair ternama yang karya-karyanya mencerminkan perpaduan budaya timur dan barat, penuh analogi, disukai berbagai kalangan dan populer di berbagai belahan dunia. Kisah kehidupannya banyak diwarnai penderitaan dari segi ekonomi, ditinggal orang-orang tercinta hingga kisah cinta yang melankolis dengan kekasihnya May Ziadah.

Gibran lahir 6 Desember 1883 dalam keluarga miskin di Bisshari,s ebuah kota kecil di Lebanon Utara. Keluarganya adalah penganut Kristen Maronit, suatu mazhab yang bernaung di bawah gerja Katholik Roma. Karena kesulitan ekonomi di Lebanon, kelaurga Gibran pindah ke Boston Amerika Serikat tahun 1894 walaupun keadaan ekonomi mereka juga tidak berubah banyak. Bakat sastra Gibran mulai terlihat sejak ia bersekolah di Boston (1895-1897). Tahun 1901 Gibran kembali ke Lebanon dan bersekolah di Madrasah Al-Hikmah Beirut. Setelah lulus ia mengembara ke Yunani, Italia, Spanyol dan akhirnya menetap di Paris untuk belajar seni. 
 
Gibran kembali ke Boston karena mendapat kabar ibunya sakit dan akhirnya meninggal tanun 1903. Sebelumnya adiknya Sultana dan kakaknya Boutros juga meninggal. Kematian orang-orang terdekat yang sangat disayangi ini sangat membekas dalam jiwa Gibran yang terekspresi melalui karya-karyanya. 

Gibran hidup dalam dua kutub budaya (barat dan Timur) sehingga ia menjadi manusia kosmopolit yang tidak terikat pada kebudayaan dan kebangsaan tertentu.Pemikirannya bersifat global dan tidak terikat oleh ras, suku,kedaerahan atau negara tertentu. Ia hanya terikat pada perjuangan hak dan martabat manusia tanpa memandang batas bangsa dan budaya. Gibran juga seorang pelopor reformasi sosial yang berdampak nyata dalam negerinya Lebanon. 
 
Ia banyak melancarkan kritik sosial yang sangat tajam melalui tulisan-tulisannya. Dampaknya, karya Gibran Spirits Rebellious di bakar di muka umum oleh kalangan gereja dan Gibran mendapat hukuman ekskomunikasi dari pimpinan gerja Beirut. Gibran menganggap kaum geraja penuh ketidakadilan dan kemunafikan. Ia menyatakan untuk apa dibangun geraja yang megah sementara para penganutnya hidup dalam kemiskinan dan kesengsaraan. 
 
Mengapa para pendeta hidup mewah makan roti segar dan anggur lezat sementara para penganutnya hidup menderita. Ia mengkritik kaum biarawan dengan kata-kata pedas: “Yesus mengutus kalian sebagai domba di tengah serigala; lantas apa yang menjadikan kalian ibarat serigala di tengah domba-doma?”.

Kehidupan cinta Gibran juga sangat melankolis. Ia menjalin kisah cinta dengan dua wanita yaitu Marry Haskell dan May Zaidah. Mary adalah wanita Amerika yang umurnya 10 tahun lebih tua dari Gibran dan banyak mewarnai karya-karyanya. May Zaidah adalah wanita Arab kelahiran Nazareth yang menjalin hubungan cinta melalui surat-surat sampai akhir hayat Gibran. Hubungan cinta dengan May digambarkan sangat platonis. Kisah yang tidak terbayangkan karena Gibran tak pernah mengetahui wajah May bahkan melalui selembar foto. Gibran meninggal dunia di Boston Amerika Serikat 10 April 1931. Beberapa karya populernya antara lain: Sang Pralambang (1920), Sang Nabi (1923), Pasir dan Buih (1926), Taman Sang Nabi (1933), Jiwa-Jiwa Pemberontak (1948), Suara Sang Guru (1958), Potret Diri (1959) dan Sayap-sayap patah.



READ MORE - Biografi Khalil Gibran Biodata

Biografi Biodata dan Profil WS RENDRA Sastrawan Indonesia

Biografi Biodata dan Profil WS RENDRA . Blog tempatnya mengenal Tokoh dan Orang terkenal Di dunia. termasuk di indonesia seorang tokoh seorang sastrawan dan penulis kita WS rendra. sekedar mengenal tokoh Biografi WS RENDRA untuk menambah Ilmu pengetahuan kita juga memotivasi diri untuk mengambil sisi Positive dari seorang WS RENDRA


BIOGRAFI W. S . RENDRA

Willibrordus Surendra Broto Rendra (lahir Solo, 7 November 1935) adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Semenjak masa kuliah beliau sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah

Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta. Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya itu.

Ia memulai pendidikannya dari TK (1942) hingga menyelesaikan sekolah menengah atasnya, SMA (1952), di sekolah Katolik, St. Yosef di kota Solo.

Setamat SMA Rendra pergi ke Jakarta dengan maksud bersekolah di Akademi Luar Negeri. Ternyata akademi tersebut telah ditutup. Lalu ia pergi ke Yogyakarta dan masuk ke Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada. Walaupun tidak menyelesaikan kuliahnya , tidak berarti ia berhenti untuk belajar. Pada tahun 1954 ia memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika, ia mendapat beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA). Ia juga mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard atas undangan pemerintah setempat.

Bakat sastra Rendra sudah mulai terlihat ketika ia duduk di bangku SMP. Saat itu ia sudah mulai menunjukkan kemampuannya dengan menulis puisi, cerita pendek dan drama untuk berbagai kegiatan sekolahnya. Bukan hanya menulis, ternyata ia juga piawai di atas panggung. Ia mementaskan beberapa dramanya, dan terutama tampil sebagai pembaca puisi yang sangat berbakat.

Ia pertama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi berbagai majalah pada saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu terus berlanjut seperti terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 60-an dan tahun 70-an.

“Kaki Palsu” adalah drama pertamanya, dipentaskan ketika ia di SMP, dan “Orang-Orang di Tikungan Jalan” adalah drama pertamanya yang mendapat penghargaan dan hadiah pertama dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Pada saat itu ia sudah duduk di SMA. Penghargaan itu membuatnya sangat bergairah untuk berkarya. Prof. A. Teeuw, di dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II (1989), berpendapat bahwa dalam sejarah kesusastraan Indonesia modern Rendra tidak termasuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok seperti Angkatan 45, Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa ia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri.

Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India.

Ia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995).

Pada tahun 1961, sepulang dari Amerika Serikat, Rendra mendirikan grup teater di Yogyakarta. Akan tetapi, grup itu terhenti karena ia pergi lagi ke Amerika Serikat. Ketika kembali lagi ke Indonesia (1968), ia membentuk kembali grup teater yang bernama Bengkel Teater. Bengkel Teater ini sangat terkenal di Indonesia dan memberi suasana baru dalam kehidupan teater di tanah air. Sampai sekarang Bengkel Teater masih berdiri dan menjadi basis bagi kegiatan keseniannya.

Profesor Harry Aveling, seorang pakar sastra dari Australia yang besar perhatiannya terhadap kesusastraan Indonesia, telah membicarakan dan menerjemahkan beberapa bagian puisi Rendra dalam tulisannya yang berjudul “A Thematic History of Indonesian Poetry: 1920 to 1974”. Karya Rendra juga dibicarakan oleh seorang pakar sastra dari Jerman bernama Profesor Rainer Carle dalam bentuk disertasi yang berjudul Rendras Gedichtsammlungen (1957—1972): Ein Beitrag Zur Kenntnis der Zeitgenossichen Indonesischen Literatur. Verlag von Dietrich Reimer in Berlin: Hamburg 1977.

Untuk kegiatan seninya Rendra telah menerima banyak penghargaan, antara lain Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Yogyakarta (1954) Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956); Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970); Hadiah Akademi Jakarta (1975); Hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976) ; Penghargaan Adam Malik (1989); The S.E.A. Write Award (1996) dan Penghargaan Achmad Bakri (2006).

Baru pada usia 24 tahun, ia menemukan cinta pertama pada diri Sunarti Suwandi. Dari wanita yang dinikahinya pada 31 Maret 1959 itu, Rendra mendapat lima anak: Teddy Satya Nugraha, Andreas Wahyu Wahyana, Daniel Seta, Samuel Musa, dan Klara Sinta. Satu di antara muridnya adalah Bendoro Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat, putri darah biru Keraton Yogyakarta, yang bersedia lebur dalam kehidupan spontan dan urakan di Bengkel Teater. Tugas Jeng Sito, begitu panggilan Rendra kepadanya, antara lain menyuapi dan memandikan keempat anak Rendra-Sunarti.

Ujung-ujungnya, ditemani Sunarti, Rendra melamar Sito untuk menjadi istri kedua, dan Sito menerimanya. Dia dinamis, aktif, dan punya kesehatan yang terjaga, tutur Sito tentang Rendra, kepada Kastoyo Ramelan dari Gatra. Satu-satunya kendala datang dari ayah Sito yang tidak mengizinkan putrinya, yang beragama Islam, dinikahi seorang pemuda Katolik. Tapi hal itu bukan halangan besar bagi Rendra. Ia yang pernah menulis litani dan mazmur, serta memerankan Yesus Kristus dalam lakon drama penyaliban Cinta dalam Luka, memilih untuk mengucapkan dua kalimat syahadat pada hari perkawinannya dengan Sito, 12 Agustus 1970, dengan saksi Taufiq Ismail dan Ajip Rosidi.

Peristiwa itu, tak pelak lagi, mengundang berbagai komentar sinis seperti Rendra masuk Islam hanya untuk poligami. Terhadap tudingan tersebut, Rendra memberi alasan bahwa ketertarikannya pada Islam sesungguhnya sudah berlangsung lama. Terutama sejak persiapan pementasan Kasidah Barzanji, beberapa bulan sebelum pernikahannya dengan Sito. Tapi alasan yang lebih prinsipil bagi Rendra, karena Islam bisa menjawab persoalan pokok yang terus menghantuinya selama ini: kemerdekaan individual sepenuhnya. Saya bisa langsung beribadah kepada Allah tanpa memerlukan pertolongan orang lain. Sehingga saya merasa hak individu saya dihargai, katanya sambil mengutip ayat Quran, yang menyatakan bahwa Allah lebih dekat dari urat leher seseorang.

Toh kehidupannya dalam satu atap dengan dua istri menyebabkan Rendra dituding sebagai haus publisitas dan gemar popularitas. Tapi ia menanggapinya dengan ringan saja. Seperti saat ia menjamu seorang rekannya dari Australia di Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta. Ketika melihat seekor burung merak berjalan bersama dua betinanya, Rendra berseru sambil tertawa terbahak-bahak, Itu Rendra! Itu Rendra!. Sejak itu, julukan Burung Merak melekat padanya hingga kini. Dari Sitoresmi, ia mendapatkan empat anak: Yonas Salya, Sarah Drupadi, Naomi Srikandi, dan Rachel Saraswati.

Sang Burung Merak kembali mengibaskan keindahan sayapnya dengan mempersunting Ken Zuraida, istri ketiga yang memberinya dua anak: Isaias Sadewa dan Maryam Supraba. Tapi pernikahan itu harus dibayar mahal karena tak lama sesudah kelahiran Maryam, Rendra menceraikan Sitoresmi pada 1979, dan Sunarti pada tahun 1981.

Beberapa Karya-karya dari W S Rendra:
A.DRAMA
Orang-orang di Tikungan Jalan (1954)
SEKDA (1977)
Mastodon dan Burung Kondor (1972)
Hamlet (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama)
Macbeth (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama)
Oedipus Sang Raja (terjemahan dari karya Sophokles, aslinya berjudul "Oedipus Rex")
Kasidah Barzanji
Perang Troya Tidak Akan Meletus (terjemahan dari karya Jean Giraudoux asli dalam bahasa Prancis: "La Guerre de Troie n'aura pas lieu")

B. SAJAK/PUISI
Jangan Takut Ibu
Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)
Empat Kumpulan Sajak
Rick dari Corona
Potret Pembangunan Dalam Puisi
Nyanyian Angsa
Pesan Pencopet kepada Pacarnya
Rendra: Ballads and Blues Poem (terjemahan)
Perjuangan Suku Naga
Blues untuk Bonnie
Pamphleten van een Dichter
State of Emergency
Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api
Mencari Bapak
Rumpun Alang-alang
Surat Cinta
Sajak Rajawali
Sajak Seonggok Jagung

Sumber : www.wikipedia.com
Kata Kunci: Biografi W S Rendra, Tentang W S Rendra, Profil W S Rendra, Sejarah W S Rendra, Masa Kecil W S Rendra, Dan Biodata W S Rendra.


TAg: biodata rezky aditiya sunny snsd profil rezky aditya profil fame boyband indonesia profil dari lady gaga leeteuk biodata kiki azhari di putih abu-abu kebangkitan nasional cut nyak dien jessica anastasya mutiarani hanggini purinda retto biodata febiola novita kaunis biodata blink siwon biodata shireen sungkar biodata lyla biodata sunny snsd lengkap biodata big bang artis pemeran to liong to enzy storia biodata
READ MORE - Biografi Biodata dan Profil WS RENDRA Sastrawan Indonesia

Biografi Muhammad iqbal

Biografi Muhammad iqbal penyair YANG lahir pada bulan dzulhijjah 1289 H, atau 22 februari 1873 M di Sialkot. Ia memulai  pendidikannya pada masa kanak-kanak pada ayahnya, nur Muhammad yang dikenal seorang ulama .

kemudian iqbal mengikuti pelajarannya al-quran dan pendidikan islam lainnya secara klasik disebuah surau. Selanjutnya , Iqbal dimasukan oleh ayahnya ke scotch mission college di Sialkot agar ia mendapatkan bimbingan dari Maulawi mir Hasan – teman ayahnya yang ahli bahasa Persia dan arab.

Muhammad Iqbal dikenal sebagai pemikir dan penyair hebat dan pejuang kemerdekaan Pakistan bersama Muhammad Ali Jinnah. Dialah sang pelopor pembentukan Negara bagi kaum muslim India yang akhirnya terwujud dalam Negara Pakistan 10 tahun setelah beliau wafat. Ia juga meninggalkan karya-karya besar seperti Javid Namah (Kitab Keabadian), sebagai buku sastra tersohor.

Bakat menulisnya berkembang pesat di bawah bimbingan Maulwi Mirr Hasan. Lulus dari Scotch Mission College di Sialkot, Iqbal pindah ke Lahore masuk ke Kolese Pemerintah di Lahore dan mendapatkan guru Sir Thomas Arnold (seorang pakar Islam dan Filsafat modern) dan tamat dengan predikat cumlaude. Setelah mendapat gelar master dalam bidang filsafat, ia kemudian menjadi korektor Bahasa Arab di Universitas Kolese Oriental Lahore dan juga mengajar di Universitas tersebut. Ia kemudian melanjutkan studi tahun 1905 di Lincoln`s Inn di London untuk menjadi pengacara. Setelah itu ia kembali belajar di Universitas Cambridge pada jurusan Filsafat sambil mempersiapkan disertasi Doktor untuk Universitas Munich Jerman. Disertasinya yang berjudul “Perkembangan Metafisika di Persia” berhasil diselesaikan sehingga ia meraih gelar Doktor Filsafat tahun 1907.Sekembalinya dari Eropa, ia kembali bergabung di Kolese Pemerintah Lahore sebagai Profesor Filsafat dan KEsusasteraan Inggris.

Ketenaran Iqbal juga merambah dalam dunia politik. Tahun 1908 ia masuk di Komite Inggris Liga Muslim se-India. Ia juga terpilih menjadi anggota Majelis Legislatif Punjab dan menjadi salah satu pemikir politik. Pidato kepresidenan Liga Muslim India tahun 1930 menjadi dasar konseptual bagi pembentukan Negara Pakistan, walaupun ia tidak menyebutkan nama Pakistan secara eksplisit. Sebagai seorang pemikir, ia sangat prihatin dengankeadaan kaum muslim India sehingga ia mengajukan konsep pembentukan Negara bagi golongan kaum muslim.

Karya-karya sastra yang membuatnya amat terkenal adalah syair-syair yang ditulis dalam bahasa Persia dan Urdhu antara lain “Asrar-I Khudi )Rahasia diri), Payam-I Masyriq (Pesan dari Timur),Navid Namah (Kitab Keabadian). Iqbal menderita sakit berkepanjangan antara tahun 1934-1938 dan tanggal 21 April 1938 ia meninggal kemudian dimakamkan di Masjid Badshahi Lahore.


Masa Kehidupan Muhammad iqbal

Ia memulai  pendidikannya pada masa kanak-kanak pada ayahnya, nur Muhammad yang dikenal seorang ulama . kemudian iqbal mengikuti pelajarannya al-quran dan pendidikan islam lainnya secara klasik disebuah surau. Selanjutnya , Iqbal dimasukan oleh ayahnya ke scotch mission college di Sialkot agar ia mendapatkan bimbingan dari Maulawi mir Hasan – teman ayahnya yang ahli bahasa Persia dan arab.
Pada tahun 1895 ia ke Lahore, salah satu kota di india yang menjadi pusat kebudayaan, pengetahuan, dan seni . di kota ini ia bergabung dengan perhimpunan sastrawan yang sering diundang musya’arah, yakni pertemuan-pertemuan dimana membacakan sajaknya.
Dikota Lahore ini, sambil melanjutkan pendidikan sarjananya ia mengajar filsafat di government college. Pada tahun 1897 Iqbal memperoleh B.A, kemudian ia mengambil program M.A. dalam bidang filsafat. Pada saat itulah ia bertemu dengan sir Thomas Arnold—orientalis  inggris yang terkenal – yang mengajarkan filsafat islam di college tersebut. Antara keduanya terjalin hubungan intim melebihi hubungan guru dengan murid, sebagai tertuang dalam kumpulan sajaknya bang-I dara.
Dengan dorongan dan dukungan Arnold, iqbal menjadi terkenal sebagai salah seorang pengajar yang berbakat dan penyair Lahore. Sajak-sajaknya banyak diminati orang. Pada tahun 1905, ia studi di Cambridge pada R.A Nicholson, seorang spesialis sufisme, dan seorang neo-hegelian, yaitu John M.E.  mc taggart. Iqbal kemudian belajar di Heidelberg dan munich. Di munich, ia menyelesaikan doktornya pada tahun 1908 dengan disertasi, the development of metaphysics in Persia. Setelah mendapatkan gelar doctor , ia kembali ke London untuk belajar dibidang keadvokatan sambil mengajar bahasa dan kesusteraan arab dilondon. Selama dieropa, iqbal tidak jemu-jemu menemui para ilmuan untuk mengadakan berbagai perbincangan tentang persoalan-persoalan keilmuan dan kefilsafatan.
Saat-saat Pakistan masih memerlukan karya-karyanya, pada tahun 1935 isterinya meninggal dunia. Musibah ini membekas sangat mendalam dan membawa kesedihan yang berlarut-larut kepada iqbal akhirnya berbagai penyakit menimpa iqbal sehingga fisiknya semakin lemah . sungguhpun demikian, pikirandan semangat iqbal tidak pernah mengenal lelah. Ia tidak henti-hentinya menguba sajak-sajak dan terus menuliskan pemikiran-pemikirannya. Pada tahun 1938 sakitnya bertambah parah, ia merasa ajalnya telah dekat, namun iqbal masih menyempatkan diri berpesan kepada sahabat-sahabatnya.


referensi: profil greyson chance personil big bang my biodata eza gionino karel susanteo biodata foto bryan domani fame boyband biografi sastra indonesia biodata tutur tinular biodata artis rezky aditya
READ MORE - Biografi Muhammad iqbal

Biografi Taufiq Ismail Penyair Indonesia

biografi taufiq ismail NAHH pastinya sudah pada tahu dengan tokoh penyair Indonesia Berikut Ini, Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi, 25 Juni 1935. Masa kanak-kanak sebelum sekolah dilalui di Pekalongan. dia adalah salah seorang tokoh biografi sastrawan Indonesia

Biodata taufiq ismail
Nama:Taufiq Ismail
Lahir:Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1935
Agama: Islam
Isteri: Esiyati Ismail (Ati)
Anak: Abraham Ismail
Ayah: KH Abdul Gaffar Ismail (almarhum)
Ibu: Timur M Nur
Pendidikan:
- Sekolah Rakyat di Semarang
- SMP di Bukittinggi, Sumatera Barat
- SMA di Pekalongan, Jawa Tengah
- SMA Whitefish Bay di Milwaukee, Wisconsin, AS
- Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan UI, Bogor, 1963

Karir:
- Penyair
- Pendiri majalah sastra Horison (1966)
- Pendiri Dewan Kesenian Jakarta (1968)
- Redaktur Senior Horison dan kolumnis (1966-sekarang)
- Wakil General Manager Taman Ismail Marzuki (1973)
- Ketua Lembaga Pendidikan dan Kesenian Jakarta (1973-1977)
- Penyair, penerjemah (1978-sekarang)

Kegiatan Lain:
- Dosen Institut Pertanian Bogor (1962-1965)
- Dosen Fakultas Psikologi UI (1967)
- Sekretaris DPH-DKI (1970-1971)
- Manager Hubungan Luar PT Unilever Indonesia (1978)
- Ketua Umum Lembaga Kesenian Alam Minangkabau (1985)

Karya:
- Buku kumpulan puisinya yang telah diterbitkan: Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al.)
- Benteng (1966; mengantarnya memperoleh Hadiah Seni 1970)
- Tirani (1966)
- Puisi-puisi Sepi (1971)
- Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971)
- Buku Tamu Museum Perjuangan (1972)
- Sajak Ladang Jagung (1973)
- Puisi-puisi Langit (1990)
- Tirani dan Benteng (1993)
- Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999)

Penghargaan:
- American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57)
- Anugerah Seni Pemerintah RI pada 1970
- SEA Write Award (1997)

Alamat Rumah:
Jalan Utan Kayu Raya No. 66 E, Jakarta Timur 13120 Telepon (021)8504959, 881190
Alamat Kantor:
Jalan Bumi Putera 23, Jakarta Timur

Sumber:tokohindonesia.com

Biodata:

Nama:Taufiq Ismail

Lahir:Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1935

Agama: Islam

Isteri: Esiyati Ismail (Ati)

Anak:
Abraham Ismail

Ayah:
KH Abdul Gaffar Ismail (almarhum)

Ibu:
Timur M Nur

Pendidikan:
- Sekolah Rakyat di Semarang
- SMP di Bukittinggi, Sumatera Barat
- SMA di Pekalongan, Jawa Tengah
- SMA Whitefish Bay di Milwaukee, Wisconsin, AS
- Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan UI, Bogor, 1963

Karir:
- Penyair
- Pendiri majalah sastra Horison (1966)
- Pendiri Dewan Kesenian Jakarta (1968)
- Redaktur Senior Horison dan kolumnis (1966-sekarang)
- Wakil General Manager Taman Ismail Marzuki (1973)
- Ketua Lembaga Pendidikan dan Kesenian Jakarta (1973-1977)
- Penyair, penerjemah (1978-sekarang)

Kegiatan Lain:
- Dosen Institut Pertanian Bogor (1962-1965)
- Dosen Fakultas Psikologi UI (1967)
- Sekretaris DPH-DKI (1970-1971)
- Manager Hubungan Luar PT Unilever Indonesia (1978)
- Ketua Umum Lembaga Kesenian Alam Minangkabau (1985)

Karya:
- Buku kumpulan puisinya yang telah diterbitkan: Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al.)
- Benteng (1966; mengantarnya memperoleh Hadiah Seni 1970)
- Tirani (1966)
- Puisi-puisi Sepi (1971)
- Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971)
- Buku Tamu Museum Perjuangan (1972)
- Sajak Ladang Jagung (1973)
- Puisi-puisi Langit (1990)
- Tirani dan Benteng (1993)
- Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999)

Penghargaan:
- American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57)
- Anugerah Seni Pemerintah RI pada 1970
- SEA Write Award (1997)

Alamat Rumah:
Jalan Utan Kayu Raya No. 66 E, Jakarta Timur 13120 Telepon (021)8504959, 881190

Alamat Kantor:
Jalan Bumi Putera 23, Jakarta Timur

Sumber:tokohindonesia.com
 
 
Ia pertama masuk sekolah rakyat di Solo. Selanjutnya, ia berpindah ke Semarang, Salatiga, dan menamatkan sekolah rakyat di Yogya. Ia masuk SMP di Bukittinggi, SMA di Bogor, dan kembali ke Pekalongan. Pada tahun 1956–1957 ia memenangkan beasiswa American Field Service Interntional School guna mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Wisconsin, AS, angkatan pertama dari Indonesia.

Pendiri majalah sastra Horison (1966) dan Dewan Kesenian Jakarta (1968) ini berobsesi mengantarkan sastra ke sekolah-sekolah menengah dan perguruan tinggi.

Taufiq Ismail, lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia, Bogor (1963, sekarang Institut Pertanian Bogor. Selain telah menerima Anugerah Seni Pemerintah RI juga menerima American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57).

Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Inggris, Jepang, Jerman, dan Perancis. Buku kumpulan puisinya yang telah diterbitkan, antara lain: Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al.), Benteng (1966; mengantarnya memperoleh Hadiah Seni 1970), Tirani (1966), Puisi-puisi Sepi (1971), Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971), Buku Tamu Museum Perjuangan (1972), Sajak Ladang Jagung (1973), Puisi-puisi Langit (1990), Tirani dan Benteng (1993), dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999).

Selain itu, bersama Ali Audah dan Goenawan Mohamad, Taufiq menerjemahkan karya penting Muhammad Iqbal, Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam. Sedangkan bersama D.S. Moeljanto, salah seorang seorang penanda tangan Manifes Kebudayaan, menyunting Prahara Budaya (1994).

Taufiq sudah bercita-cita jadi sastrawan sejak masih SMA di Pekalongan, Jawa Tengah. Kala itu, dia sudah mulai menulis sajak yang dimuat di majalah Mimbar Indonesia dan Kisah. Dia memang dibesarkan di lingkungan keluarga yang suka membaca, sehingga dia sejak kecil sudah suka membaca.

Kegemaran membacanya makin terpuaskan, ketika Taufiq menjadi penjaga perpustakaan Pelajar Islam Indonesia Pekalongan. Sambil menjaga perpustakaan, dia pun leluasa melahap karya Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, sampai William Saroyan dan Karl May. Dia tidak hanya membaca buku sastra tetapi juga sejarah, politik, dan agama.

Kesukaan membacanya, tanpa disadari membuatnya menjadi mudah dan suka menulis. Ketertarikannya pada sastra semakin tumbuh tatkala dia sekolah di SMA Whitefish Bay di Milwaukee, Wisconsin, AS. Dia mendapat kesempatan sekolah di situ, berkat beasiswa program pertukaran pelajar American Field Service International Scholarship. Di sana dia mengenal karya Robert Frost, Edgar Allan Poe, Walt Whitman. Dia sanga menyukai novel Hemingway The Old Man and The Sea.

Namun setelah lulus SMA, Taufiq menggumuli profesi lain untuk mengamankan urusan dapur, seraya dia terus mengasah kemampuannya di bidang sastra. Dia juga kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Indonesia di Bogor, lulus 1963. Semula dia berobsesi menjadi pengusaha peternakan untuk menafkahi karir kepenyairannya, namun dengan bekerja di PT Unilever Indonesia, dia bisa memenuhi kebutuhan itu.

Taufiq menikah dengan Esiyati  tahun 1971. Mereka dikaruniai satu anak, yang diberinya nama: Abraham Ismail. Dia sangat bangga dengan dukungan isterinya dalam perjalanan karir. Esiyati sangat memahami profesi, cita-cita seorang sastrawan, emosi sastrawan, bagaimana impuls-impuls seorang sastrawan.

Taufiq bersama sejumlah sastrawan lain, berobsesi memasyarakatkan sastra ke sekolah-sekolah melalui program “Siswa Bertanya, Sastrawan Menjawab”. Kegiatan ini disponsori Yayasan Indonesia dan Ford Foundation.

Taufiq sudah menerbitkan sejumlah buku kumpulan puisi, di antaranya: Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al.); Benteng (1966; mengantarnya memperoleh Hadiah Seni 1970); Tirani (1966); Puisi-puisi Sepi (1971); Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971); Buku Tamu Museum Perjuangan (1972); Sajak Ladang Jagung (1973); Puisi-puisi Langit (1990); Tirani dan Benteng (1993); dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999).

Dia pun sudah menerima penghargaan: - American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57); - Anugerah Seni Pemerintah RI pada 1970; dan - SEA Write Award (1997).



TAG: biografi febby blink biodata shireen sungkar biografi lee min ho t-ara profile febby rastanty armada biodata marzuki ali sule richie five minutes biografi bisma karisma foto feby blink
READ MORE - Biografi Taufiq Ismail Penyair Indonesia

Biografi Biodata Buya Hamka Sastrawan Indinesia

Terima kasih semoga Biografi Biodata dan Profil Buya Hamka . Buya Hamka lahir pada tahun 1908 di desa kampung Molek, Meninjau, Sumatera Barat, HAMKA sendiri merupakan singkatan dari nama beliau yakni Haji Abdul Malik Karim Amrullah, Hamka merupakan putra dari Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yg juga merupakan ulama di tanah minang, diawali bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padang Panjang pada tahun 1929. Hamka kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958.

Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu ketika Sukarno menyuruhnya memilih antara menjadi pegawai negeri atau bergiat dalam politik Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Buya Hamka merupakan sosok otodidak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman, beliau juga rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Soerjopranoto, Haji Fachrudin, AR Sutan Mansur, dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang andal.


Hamka aktif dalam Muhammadiyah, terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya mengundurkan diri pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.


beliau juga wartawan, penulis, editor, dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa buah surat kabar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam, dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makassar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat, dan Gema Islam. Hamka juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar dan antara novel-novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka'bah, dan Merantau ke Deli.


karya- karya buya HAMKA
Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam huruf Arab.Si Sabariah. (1928)Pembela Islam (Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq),1929.Adat Minangkabau dan agama Islam (1929).Ringkasan tarikh Ummat Islam (1929).Kepentingan melakukan tabligh (1929).Hikmat Isra' dan Mikraj.Arkanul Islam (1932) di Makassar.Laila Majnun (1932) Balai Pustaka.Majallah 'Tentera' (4 nomor) 1932, di Makassar.Majallah Al-Mahdi (9 nomor) 1932 di Makassar.Mati mengandung malu (Salinan Al-Manfaluthi) 1934.Di Bawah Lindungan Ka'bah (1936) Pedoman Masyarakat,Balai Pustaka.Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1937), Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.Merantau ke Deli (1940), Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi.Margaretta Gauthier (terjemahan) 1940.Tuan Direktur 1939.Dijemput mamaknya,1939.Keadilan Ilahy 1939.Tashawwuf Modern 1939.Falsafah Hidup 1939.Lembaga Hidup 1940.Lembaga Budi 1940.Majallah 'SEMANGAT ISLAM' (Zaman Jepang 1943).Majallah 'MENARA' (Terbit di Padang Panjang), sesudah revolusi 1946.Negara Islam (1946).Islam dan Demokrasi,1946.Revolusi Pikiran,1946.Revolusi Agama,1946.Adat Minangkabau menghadapi Revolusi,1946.Dibantingkan ombak masyarakat,1946.Didalam Lembah cita-cita,1946.Sesudah naskah Renville,1947.Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret,1947.Menunggu Beduk berbunyi,1949 di Bukittinggi,Sedang Konperansi Meja Bundar.Ayahku,1950 di Jakarta.Mandi Cahaya di Tanah Suci. 1950.Mengembara Dilembah Nyl. 1950.Ditepi Sungai Dajlah. 1950.Kenangan-kenangan hidup 1,autobiografi sejak lahir 1908 sampai pd tahun 1950.Kenangan-kenangan hidup 2.Kenangan-kenangan hidup 3.Kenangan-kenangan hidup 4.Sejarah Ummat Islam Jilid 1,ditulis tahun 1938 diangsur sampai 1950.Sejarah Ummat Islam Jilid 2.Sejarah Ummat Islam Jilid 3.Sejarah Ummat Islam Jilid 4.Pedoman Mubaligh Islam,Cetakan 1 1937 ; Cetakan ke 2 tahun 1950.Pribadi,1950.Agama dan perempuan,1939.Muhammadiyah melalui 3 zaman,1946,di Padang Panjang.1001 Soal Hidup (Kumpulan karangan dr Pedoman Masyarakat, dibukukan 1950).Pelajaran Agama Islam,1956.Perkembangan Tashawwuf dr abad ke abad,1952.Empat bulan di Amerika,1953 Jilid 1.Empat bulan di Amerika Jilid 2.Pengaruh ajaran Muhammad Abduh di Indonesia (Pidato di Kairo 1958), utk Doktor Honoris Causa.Soal jawab 1960, disalin dari karangan-karangan Majalah GEMA ISLAM.Dari Perbendaharaan Lama, 1963 dicetak oleh M. Arbie, Medan; dan 1982 oleh Pustaka Panjimas, Jakarta.Lembaga Hikmat,1953 oleh Bulan Bintang, Jakarta.Islam dan Kebatinan,1972; Bulan Bintang.Fakta dan Khayal Tuanku Rao, 1970.Sayid Jamaluddin Al-Afhany 1965, Bulan Bintang.Ekspansi Ideologi (Alghazwul Fikri), 1963, Bulan Bintang.Hak Asasi Manusia dipandang dari segi Islam 1968.Falsafah Ideologi Islam 1950(sekembali dr Mekkah).Keadilan Sosial dalam Islam 1950 (sekembali dr Mekkah).Cita-cita kenegaraan dalam ajaran Islam (Kuliah umum) di Universiti Keristan 1970.Studi Islam 1973, diterbitkan oleh Panji Masyarakat.Himpunan Khutbah-khutbah.Urat Tunggang Pancasila.Doa-doa Rasulullah S.A.W,1974.Sejarah Islam di Sumatera.Bohong di Dunia.Muhammadiyah di Minangkabau 1975,(Menyambut Kongres Muhammadiyah di Padang).Pandangan Hidup Muslim,1960.Kedudukan perempuan dalam Islam,1973.
Referensi :

- http://www.kaskus.us/showthread.php?t=11384959

Kumpulan Biografi Tokoh Terkenal dan Tokoh Indonesia Lengkap www.kolom-biografi.blogspot.com

sumber referensi: http://biografi-tokoh-terkenal.blogspot.com/2012/03/informasi-biografi-biografi-buya-hamka.html
READ MORE - Biografi Biodata Buya Hamka Sastrawan Indinesia

Biodata dan Biografi Abdoel Moeis

Terima kasih semoga Biografi Biodata dan Profil Abdoel Moeis. Blog tempatnya mengenal Tokoh dan Orang terkenal Di dunia dan berikut ini kita mengenal sastrawan Indonesia Abdoel Moeis. untuk menambah Ilmu pengetahuan kita juga memotivasi diri untuk mengambil sisi Positive dari seorang Abdoel MoeisUntuk selngkapnya silahkan Baca artikel nya di bawah Ini yang saya kutip langsun dari wikipedia


Abdoel Moeis
Abdoel moeis.jpg
Abdoel Moeis
Lahir tahun 1886
Sungai Puar, Sumatera Barat
Meninggal 17 Juli 1959
Bandung, Jawa Barat
Kebangsaan  Indonesia
Karya terkenal Salah Asuhan
Abdoel Moeis (lahir di Sungai Puar, Sumatera Barat tahun 1886, meninggal di Bandung, Jawa Barat pada 17 Juli 1959) adalah seorang sastrawan dan wartawan Indonesia. Dia dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional yang pertama oleh Presiden RI, Soekarno, pada 30 Agustus 1959.

Biografi Abdoel Moeis

Pendidikan terakhirnya adalah menamatkan pendikan di Stovia (sekolah kedokteran, sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), Jakarta Dia pernah bekerja sebagai klerk di Departemen Buderwijs en Eredienst dan menjadi wartawan di Bandung pada surat kabar Belanda, Preanger Bode dan majalah Neraca pimpinan Haji Agus Salim.
Pada tahun 1912 menjadi ia menjadi salah satu pendiri Kaoem Moeda  dan sempat menjadi Pemimpin Redaksi, kemudian mendirikan surat kabar Kaoem Kita pada 1924.
Ia juga pernah menjadi anggota Volksraad pada tahun 1918 mewakili Centraal Sarekat Islam. Selain itu ia juga pernah aktif dalam Syarikat Islam dan pernah menjadi anggota Volksraad atau Dewan Rakyat yang pertama (1920-1923). Setelah kemerdekaan, ia turut membantu mendirikan Persatuan Perjuangan Priangan yang fokus pada pembangunan di Jawa Barat dan masyarakat Sunda.
Ia dimakamkan di TMP Cikutra - Bandun.

Riwayat Perjuangan

Perjuangan Abdoel Moeis melawan Belanda pernah mengakibatkan dirinya mendekap di penjara pada tahun 1919. Ketika itu, seorang Pengawas Belanda di Sulawesi Utara dibunuh ketika Abdoel Muis baru saja melengkapi pidato kelilingnya di sana dan dia persalahkan atas kejadian tersebut. Melalui tulisannya di harian berbahasa Belanda, De Express, Abdoel Muis mengecam tulisan orang Belanda yang sangat menghina bangsa Indonesia.
Melalui Komite Bumiputera yang didirikannya bersama dengan Ki Hadjar Dewantara, Abdoel Muis menentang rencana pemerintah Belanda dalam mengadakan perayaan peringatan seratus tahun kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun 1913.Pada tahun 1992, dia diasingkan ke Garut, Jawa Barat selama tiga tahun karena memimpin pemogokan kaum buruh di daerah Yogyakarta. Abdoel Muis juga berperan dalam pendirian Technische Hooge School - Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan mempengaruhi tokh-tokoh Belanda.

Karya-karyanya

  • Salah Asuhan (novel, 1928, difilmkan Asrul Sani, 1972),diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Robin Susanto dan diterbitkan dengan judul Never the Twain oleh Lontar Foundation sebagai salah satu seri Modern Library of Indonesia
  • Pertemuan Jodoh (novel, 1933)
  • Surapati (novel, 1950)
  • Robert Anak Surapati(novel, 1953)


sumber referensi: http://id.wikipedia.org/wiki/Abdoel_Moeis
READ MORE - Biodata dan Biografi Abdoel Moeis

Biografi Sastrawan Acep Zam Zam Noor

Terima kasih semoga Biografi Biodata dan Profil Acep Zam Zam Noor . Memberikan manfaat untuk anda dalam mengenal lebih banyak tokoh di dunia, dan memberi suntikan motivasi diri kepada kita untuk selalu jadi lebih baik, Selamat membaca Biografi Sastrawan Acep Zam Zam Noor,

Biografi Sastrawan Acep Zam Zam Noor

Biografi Sastrawan Acep Zam Zam Noor

Acep Zam Zam Noor, seorang penyair yang lahir di Cipasung, tepatnya di Pondok Pesantren Cipasung. Karena dilahirkan dan dibesarkan di pondok pesantren, mau tidak mau nuansa keislaman dalam karya-karyanya sangat terasa. Cipasung adalah sebuah puisi yang ditulis oleh seorang penyair kelahiran Cipasung, Tasikmalaya. Puisi itu menggambarkan keadaan desa yang tenang dan damai dengan nuansa islami yang kental.

Selain nuansa keislaman, nuansa Jawa Barat juga sangat terasa. Beberapa puisinya, bahkan ada yang ditulis dengan menggunakan bahasa Sunda. Di Pondok pesantren Cipasung pula, Acep mendirikan komunitas sastra, yaitu Sanggar Sastra Tasik dan Komunitas Azan, yang bergerak dalam pembinaan dan pemasyarakatan sastra, khususnya, dan kesenian serta kebudayaan, pada umumnya.

Ayah Acep Zam Zam Noor adalah seorang seorang ulama Nahdlatul Ulama yang terkenal di Pondok Pesantren Cipasung. Meskipun dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan pesantren, Acep ternyata tidak mengikuti jejak ayahnya..Dia lebih memilih jalur kesenian sebagai jalan hidupnya. Sejak lahir tanggal 28 Februari 1960, Acep kecil sampai remaja menghabiskan waktunya di pondok pesantren.

Ketika duduk di bangku SMP, bakat menulis Acep kian tampak. Awalnya, dia menulis puisi dengan menggunakan bahasa Sunda. Seiring berjalannya waktu, Acep menulis puisi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Puisi pertama yang ditulis kemudian dimuat dalam media massa yang terbit di Bandung dan Jakarta. Bakat menulisnya terus menggeliat. Setelah menamatkan bangku SMA di Pondok Pesantren As-Syafi’iyah, Jakarta, Acep kemudian melanjutkan sekolah di Bandung. Acep yang mengenyam kuliah di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB kian bertambah semangat untuk menulis. Atmosfir berkesenian yang ada dalam dirinya makin menggelora. Acep, bukan saja menulis puisi, melainkan juga melukis dan ikut aktif terlibat dalam klub-klub diskusi kesenian.

Setelah menamatkan kuliah di Jurusan Seni Lukis, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (1980—1987), Acep tetap konsisten pada dunia berkesenian. Tahun 1991—1993, Acep mendapat bea siswa dari pemerintah Italia untuk belajar di Universitas per Stranieri, Perugia, Italia. Antara melukis dan menulis puisi bagi Acep merupakan satu kesatuan dalam kehidupan yang tidak dapat dipisahkan.

Di sela-sela kesibukan menulis puisi dan mengikuti pameran di beberapa tempat, Asep juga sibuk membimbing penulis-penulis muda untuk terus menulis di sanggarnya di Cipasung, Tasikmalaya.
Kegiatan lainnya selain menulis puisi dan mengikuti beberapa pameran, Acep juga pernah menjadi pendamping delegasi Indonesia dalam Bengkel Puisi Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) Jakarta tahun 1977. Tahun 2001 mengikuti Festival Puisi Internasional Winternachten Overzee di Teater Utan Kayu, Jakarta dan pada tahun yang sama pula ke Kuala Lumpur dalam acara Southeast Asian Writers Meet. Tahun 2002, Acep mengikuti Festival Puisi Internasional di Makassar dan tahun 2004 dengan kegiatan yang sama, ia terbang ke Den Haag, Belanda.
Karya-karya Acep Zam Zam Noor

1. Tamparlah Muka (1982),
2. Aku Kini Doa (1986),
3. Kasidah Sunyi (1989),
4. Dayeuh Matapoe (puisi Sunda, 1993),
5. Dari Kota Hujan (1996),
6. Di Luar Kota (1996),
7. Di Atas Umbria (1999),
8. Dongeng dari Negeri Sembako (2001),
9. Jalan Menuju Rumahku (2004).
Selain kumpulan buku puisi yang telah diterbitkan, karya puisi Acep juga ada yang pernah dimuat dalam majalah sastra dan jurnal. Mulai dari majalah Horison, Kalam, Ulumul Qur’an, Jurnal Puisi, sampai dengan Dewan Sastra Jurnal Puisi Melayu (Malaysia) dan Perisa. Beberapa karya puisinya juga telah dimuat dalam beberapa antologi, seperti:
1. Antologi Puisi Indonesia Modern Tonggak IV (Gramedia, 1987),
2. Dari Negeri Poci II (Tiara, 1994),
3. Ketika Kata Ketika Warna (Yayasan Ananda, 1995),
4. Takbir Para Penyair (Festival Istiqal, 1995),
5. Negeri Bayang-Bayang (Festival Surabaya, 1996),
6. Cermin Alam (Taman Budaya Jabar, 1996),
7. Utan Kayu: Tafsir dalam Permainan (Kalam, 1998),
8. Angkatan 2000 (Gramedia, 2001),
9. Dari fansuri ke Handayani (Horison, 2001),
10. Horison Sastra Indonesia (Horison, 2002), dan
11. Napas Gunung (Dewan Kesenian Jakarta, 2004).
Selain karya puisi yang dibuat bertema religius dan sosial, Acep Zam Zam Noor juga membuat puisi-puisi cinta yang romantis. Buku puisinya yang berjudul Menjadi Penyair lagi (Penerbit Pustala Azan, 2007), boleh dianggap mewakili tren “puisi romantis”.
Antologi ini dibagi dalam dua kelompok. Kelompok 1 menampung puisi lama (1978—1989) yang kata Acep “sempat tercecer dan terlupakan” selama ini. Sebagian lagi berisi puisi-puisi barunya (1990—2006) Karena kepiawaiannya juga, karya puisi Acep Zam Zam Noor telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris yang dimuat dalam The Poets Chant (Jakarta, 1995), In Words in Colour (Jakarta, 1995), A Bonsai’s Morning (Bali, 1996), serta diterjemahjan oleh Harry Aveling untuk Secrets Need Words: Indonesian Poetry 1996—1998 (Ohio University Press, 2001) dan diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda serta telah dimuat dalam Toekomstdromen (Amsterdam, 2004). Puisi-puisi Sundanya juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Ayip Rosidi dan Wendy Mukherjee untuk Modern Sundanese Poetry: Voices from West Java (Pustaka Jaya, 2001), dan ke dala, bahasa Perancis oleh Ayip Rosidi dan Henry Chambert Loir untuk Poemes Soundanais: Antologie Bilingue (Pustaka Jaya, 2001).
Di samping menulis puisi, Acep Zam Zam Noor sampai sekarang masih aktif ikut dalam pameran lukisan, baik di dalam maupun luar negeri, seperti ke Singapura, Filipina, Belanda, dan Malaysia.
Penghargaan
Karena dedikasi dan prestasinya dalam kegiatan menulis puisi, Acep Zam Zam Noor, pernah mendapat hadiah atau penghargaan sastra. Antara lain, Hadiah Sastra Lembaga Bahasa Jeung Sunda untuk puisi Sunda pada tahun 1991 dan 1993.
Tahun 1994, nominator hadiah Rancange untuk Dayeuh Matapoe. Penghargaan penulisan karya sastra dari Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional untuk karya Di Luar Kata tahun 2001. Penghargaan penulisan karya sastra dari Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005 untuk karya Jalan Menuju Rumahmu dan The Sea Write Awards tahun 2005 untuk karya Jalan Menuju Rumahmu.

Seletah menbaca "Biografi Sastrawan Acep Zam Zam Noor" anda bisa menemukan dan membaca biografi sastrawan atau biografi penyair terkenal lain di web tercinta kita ini. Selamat berselancar


READ MORE - Biografi Sastrawan Acep Zam Zam Noor

Biodata Biografi Pahlawan dan sastrawan Amir Hamzah

Terima kasih semoga biografi Biodata dan Profil Tengku Amir Hamzah . Memberikan manfaat bagi untuk anda dalam mengenal lebih banyak tokoh di dunia, 

Amir Hamzah
Amir hamzah duke of langkat.jpg
Amir Hamzah
Lahir 28 Februari 1911.
Bendera BelandaTanjung Pura, Hindia Belanda
Meninggal 20 Maret 1946.
Bendera IndonesiaKuala BegumitSumatera Utara
Kebangsaan  Indonesia
Suku bangsa Melayu
Angkatan Pujangga Baru
Karya terkenal Buah Rindu 
Penghargaan Pahlawan Nasional, Pemerintah RI.   



Tengku Amir Hamzah yang bernama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indera Putera (lahir di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Timur, 28 Februari 1911 – meninggal di Kuala Begumit, 20 Maret 1946 pada umur 35 tahun) adalah seorang sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru. Ia lahir dalam lingkungan keluarga bangsawan Melayu (Kesultanan Langkat) dan banyak berkecimpung dalam alam sastra dan kebudayaan Melayu.

Amir Hamzah bersekolah menengah dan tinggal di Pulau Jawa pada saat pergerakan kemerdekaan dan rasa kebangsaan Indonesia bangkit. Pada masa ini ia memperkaya dirinya dengan kebudayaan modern, kebudayaan Jawa, dan kebudayaan Asia yang lain. Selama di Pulau Jawa,ia bergaul dengan tokoh pergerakan asal Jawa.Misalnya, Mr.Raden Pandji Singgih dan K.R.T Wedyodi

Dalam kumpulan sajak Buah Rindu (1941) yang ditulis antara tahun 1928 dan tahun 1935 terlihat jelas perubahan perlahan saat lirik pantun dan syair Melayu menjadi sajak yang lebih modern. Bersama dengan Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane ia mendirikan majalah Pujangga Baru (1933), yang kemudian oleh H.B. Jassin dianggap sebagai tonggak berdirinya angkatan sastrawan Pujangga Baru. Kumpulan puisi karyanya yang lain, Nyanyi Sunyi (1937), juga menjadi bahan rujukan klasik kesusastraan Indonesia. Ia pun melahirkan karya-karya terjemahan, seperti Setanggi Timur (1939), Bagawat Gita (1933), dan Syirul Asyar (tt.).

Amir Hamzah tidak hanya menjadi penyair besar pada zaman Pujangga Baru, tetapi juga menjadi penyair yang diakui kemampuannya dalam bahasa Melayu-Indonesia hingga sekarang. Di tangannya Bahasa Melayu mendapat suara dan lagu yang unik yang terus dihargai hingga zaman sekarang.

Amir Hamzah terbunuh dalam Revolusi Sosial Sumatera Timur yang melanda pesisir Sumatra bagian timur di awal-awal tahun Indonesia merdeka. Ia wafat di Kuala Begumit dan dimakamkan di pemakaman Mesjid Azizi, Tanjung Pura, Langkat.Adapun, revolusi ini terjadi pada tahun 1946. Ia diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 106/ tahun 1975, tanggal 3 November 1975.


sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Amir_Hamzah
READ MORE - Biodata Biografi Pahlawan dan sastrawan Amir Hamzah

Biografi Sastrawan Indonesia Chairil Anwar (1922 – 1949)

Terima kasih semoga biografi Biodata dan Profil . Memberikan manfaat bagi untuk anda dalam mengenal lebih banyak tokoh di dunia,Biografi Sastrawan Indonesia Chairil Anwar (1922 – 1949)

Chairil Anwar dilahirkan di Medan, 26 Julai 1922. Dia dibesarkan dalam keluarga yang cukup berantakan. Kedua ibu bapanya bercerai, dan ayahnya berkahwin lagi. Selepas perceraian itu, saat habis SMA, Chairil mengikut ibunya ke Jakarta.

Semasa kecil di Medan, Chairil sangat rapat dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil. Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:
Bukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta
Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.
Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.
Rakannya, Jassin pun punya kenangan tentang ini. “Kami pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu kerana kami bertanding di depan para gadis.”

Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah menikahinya.

Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta cerai. Saat anaknya berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda.

Tak lama setelah itu, pukul 15.15 WIB, 28 April 1949, Chairil meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya. Tapi yang pasti, TBC kronis dan sipilis.

Umur Chairil memang pendek, 27 tahun. Tapi kependekan itu meninggalkan banyak hal bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia. Malah dia menjadi contoh terbaik, untuk sikap yang tidak bersungguh-sungguh di dalam menggeluti kesenian. Sikap inilah yang membuat anaknya, Evawani Chairil Anwar, seorang notaris di Bekasi, harus meminta maaf, saat mengenang kematian ayahnya, di tahun 1999, “Saya minta maaf, karena kini saya hidup di suatu dunia yang bertentangan dengan dunia Chairil Anwar.”

sumber:http://www.ipuisi.com/biografi-chairil-anwar-1922-1949
READ MORE - Biografi Sastrawan Indonesia Chairil Anwar (1922 – 1949)
 


© Blogger template 'ASIK-For You' by uc1n.com Blog For Biografi Biodata dan Profile Blog Kumpulan Biografi Tokoh dunia 2012 privacy-policy

Kumpulan Biodata Maupun Biografi artis, Tokoh, Penyanyi, Olahragawan, sampai Politisi, juga Pahlawan Indonesia dan Orang-orang terkenal Di seluruh Dunia